Cara Mudah Menambahkan Shortcut Printscreen/Screenshot Pada LXDE

Cara Mudah Menambahkan Shortcut Printscreen/Screenshot Pada LXDE

screenshot lxde

Secara default LXDE tidak menyediakan fitur screenshot. Tombol PrtSc pada keyboard pun tidak bisa digunakan untuk melakukan printscreen. Untuk mengatasi hal tersebut saya melakukan browsing di google dan akhirnya menemukan cara yang menurut saya ciamik untuk dipraktekkan. Daripada besok-besok kelupaan akhirnya saya buat postingan di sini, selain sebagai catatan pribadi siapa tahu ada yang mengalami hal seperti yang saya alami.

Sedikit cerita, saya menggunakan Linux Ubuntu 14.04 LTS. Secara bawaan DE yang dipakai adalah Unity. Dikarenakan laptop saya terasa lambat untuk menjalankan Unity tersebut akhirnya saya harus mengganti DE bawaan tersebut dengan alternatif DE yang lain. Pilihan saya antara XFCE atau LXDE, dimana kedua DE tersebut yang menurut saya tidak terlalu memakan resource di laptop saya.

Awalnya pilihan saya jatuh ke DE XFCE, karena secara fungsional dan tampilan DE XFCE terasa ringan tetapi tidak terlalu mengorbankan tampilan. Berbeda dengan LXDE yang menurut saya terlalu mengorbankan tampilan, sehingga tampilan Linux di laptop saya terlihat tidak bagus. Ditambah saya selalu atau sering melakukan screenshot di laptop, sehingga saya memerlukan tombol shortcut Printscreen untuk melakukan screenshot dengan cepat, tetapi setelah saya membandingkan di XFCE dapat dengan mudah saya melakukan screenshot sedangkan di LXDE tidak. Akhirnya selama beberapa bulan saya menggunakan DE XFCE.

Tetapi sekarang, setelah menggunakan DE XFCE dan merasakan performanya saya merasa DE XFCE masih kurang smooth berjalan di laptop saya. Dan akhirnya saya mengganti DE tersebut dengan DE yang menurut saya lebih ringan, yaitu LXDE. Memang, secara bawaan fungsi printscreen tidak tersedia. Tetapi, perlu kita tahu bahwa Ubuntu membawa beberapa aplikasi-aplikasi gnome seperti gnome-screenshot. Dan ini adalah pencerahan yang sangat berarti bagi saya. Saya tinggal mencari cara menghubungkan aplikasi gnome-shortcut tersebut dengan binding tombol PrtSc di keyboard.

Setelah beberapa lama browsing akhirnya seperti inilah hasil yang saya dapatkan.

Cara Menambahkan Shortcut Screenshot pada LXDE


file lxde-rc.xml dilihat menggunakan file manager


File berisi konfigurasi keybinding keyboard LXDE adalah file lxde-rc.xml di folder ~/.config/openbox/lxde-rc.xml. Untuk mengeditnya saya menggunakan geany.

buka file konfigurasi lxde-rc.xml


Konfigurasi keyboard berada di antara tag <keyboard> dan </keyboard>. Tambahkan script berikut di atas tag </keyboard>.
         <keybind key="Print">
<action name="Execute">
<command>gnome-screenshot</command>
</action>
</keybind>

Keterangan:

- Keybind key="Print" merujuk pada tombol PrtSc di keyboard
- Action name="Execute" berarti tombol tersebut akan melakukan aksi sesuai perintah (command)
- gnome-screenshot adalah aplikasi yang dijalankan jika tombol PrtSc di tekan, yaitu melakukan screenshot

Edit file konfigurasi menggunakan text editor


Setelah menambahkan lalu simpan file tersebut dan jalankan perintah berikut di terminal
openbox --reconfigure


Tes dengan melakukan screenshot dengan menekan tombol PrtSc pada keyboard.

Jika ingin menambahkan fungsi screenshot sesuai area pilihan dan screenshot satu window bisa ditambahkan script berikut:

         <keybind key="A-Print">
<action name="Execute">
<command>gnome-screenshot -w</command>
</action>
</keybind>
<keybind key="S-Print">
<action name="Execute">
<command>gnome-screenshot -a</command>
</action>
</keybind>
Selesai.

Catatan :

Modifier keys
S Shift key
C Control key
A Alt key
W Super key (Usually bound to the Windows key on keyboards which have one)
M Meta key
H Hyper key (If it is bound to something)
ref: http://openbox.org/wiki/Help:Bindings
Postingan Pertama Setelah Menikah

Postingan Pertama Setelah Menikah

kursi pelaminan aviantorichad

Alhamdulillah. Setelah penantian berbulan-bulan akhirnya acara akad nikah berlangsung dengan khidmat dan lancar. Tidak ada kendala yang berarti saat saya mengucapkan ijab qabul dihadapan penghulu dan di saksikan oleh saksi-saksi dan para tamu undangan. Dan akhirnya saya bisa merasakan rasanya duduk di pelaminan bersama orang yang saya cintai.

Saya masih ingat bagaimana pengucapan ijab qabul yang sudah saya hafalkan berhari-hari sebelumnya harus disempurnakan beberapa menit sebelum ijab qabul saya ucapkan, hal ini yang membuat jantung saya berdegup kencang dan sempat khawatir ijab qabul terhambat karena salah pengucapan.

"Saya terima nikah dan kawinnya anu binti bapak anu untuk saya dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai "

Seperti itulah kira-kira yang saya ucapkan ketika acara ijab qabul. Dan ternyata ada sedikit penambahan beberapa kata dari yang biasanya saya lihat dan dengar di tipi-tipi, ya kan?

Sah?


TSAHH!!

***

Malam hari sebelum hari-H, keluarga dari calon mempelai wanita menjemput saya di kediaman orang tua saya karena acara akad nikah akan dilaksanakan di kediaman calon pengantin wanita. Sempat terjadi kelabakan dari pihak kami selaku calon pengantin pria, karena terjadi miss perhitungan tamu yang akan menjemput saya. Dari yang semula di rencanakan hanya 4 orang penjemput menjadi lebih dari 10 orang, malah sepertinya ada 15 orang yang datang, lupa tidak saya hitung. Untung saja semua itu bisa teratasi dengan baik.

Para tamu penjemput datang kira-kira bakda isya, dan pamit kemudian berangkat menuju kediaman calon pengantin wanita sekitar pukul 8 malam bersama saya. Pada waktu itu saya didampingi 3 orang saudara.

Ada yang menarik di perjalanan dari kediaman saya ke kediaman calon mempelai wanita. Jalan yang seharusnya bisa ditempuh selama 15 menit menjadi lama karena harus menghindari jalan yang tidak boleh dilewati secara adat. Seharusnya jika berangkat pukul 8 malam sampai di tujuan pukul 8.15 atau 8.30 tetapi nyatanya kami sampai ditujuan sekitar pukul 10 malam. Jadi, adat yang dianut dari masyarakat calon pengantin wanita tidak memperbolehkan calon pengantin pria yang dijemput melewati suatu daerah yang disebut bantengan dimana daerah itu sebenarnya adalah jalan utama menuju tempat calon pengantin wanita. Apa alasannya, katanya agar acara berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang diinginkan dalam bahtera rumah tangga nantinya, entahlah.

Malam itu saya diinapkan dirumah saudara calon pengantin wanita. Apakah saya gugup? pastinya. Tapi kegugupan itu tidak membuat saya susah tidur, karena saya sadar besoknya adalah hari yang akan sangat melelahkan karena harus berdiri seharian untuk menerima tamu. Malam itu saya tidur nyenyak.

bersambung...